Title: “More Than I Know Part 3”
Rating: Teenager
Cast
Andrea Iannone
Ben Spies
Bradley Smith
Jorge Lorenzo
Jules Cluzel
Nicky Hayden
Tweeps:
Sweetz
Dee
Reineenn
Zi
Val
Esther
Cindy
Kanya
Mari kita Flash back ke cerita sebelumnya [Klik Disini]
“Abang tau selama ini abang kurang memberi perhatian ke kalian semua,bahkan Esther sampai berasa di telantarkan, sekarang, istri abang Cuma sisa kamu Dee, abang ga mau kehilangan kamu, abang janji apapun yang kamu mau akan abang turutin Dee, asalkan kita bisa terus sama sama sayang..” Kelihatannya Nick menjatuhkan air matanya..
Nick membuka kotak perhiasan itu perlahan..
Wajah Dee sumringah kesilauan karena kalung berlian yang di berikan Nick kepadanya..
“Ini sebagai permintaan maaf abang selama ini, abang udah mencampakkanmu,, abang Cuma ga mau anak kita nantinya terlantarkan…”
Wajah Dee langsung berubah.. ‘HAH?ANAK?’ pekiknya dalam hati
--
End Of The Year
Esther menutup matanya dengan kacamata gelap, dan topi yang seharusnya cocok untuk liburan musim panas di tepi pantai. Ia masuk ke sebuah supermarket yang lumayan besar di Madrid. Ia menelusuri lorong yang penuh dengan daging kaleng dan juga sosis kaleng di rak rak, mengambil beberapa lalu menuju ke bagian buah buah segar. Esther lalu menuju ke gundukan buah jeruk, memilah-milah sambil menghirup aroma segar buah jeruk dengan hidungnya. Lalu mengambil beberapa buah di masukannya dalam kereta dorong yang ia bawa sedari tadi.
Saat ia menuju ke arah minuman,seseorang mengagetkannya “Cindy!” Pekik Esther ia lalu melepaskan kedua genggaman tangannya yang sedari tadi di pegangan kereta lalu merangkul teman kecilnya, memang lebih tinggi Esther karena dia menggunakan Wedge sehingga Cindy harus men-jingkit-kan kakinya yang mengenakan flat shoes agar rangkulan Esther sampai, agak licin ketika ujung flat shoes itu harus menumpu beban tubuh cindy dengan keramik yang mengkilap itu sehingga mereka berdua hampir jatuh tapi Esther menarik Cindy yang masih dalam pelukannya sambil bertumpu pada rak yang berada dekat di sampingnya. Untung rak rak itu di bor kuat di lantai disetiap incinya. Mereka lalu tertawa lepas.
-----
Cindy menaruh beberapa bungkusan belanja di sampingnya lalu duduk bersebelahan dengan Esther, ia menyorongan 1 cup penuh susu hangat yang baru saja di belinya, suasana taman saat itu lumayan sepi, hanya ada beberapa anak laki laki yang sedang mengerubungi anjing yang tersesat, dan beberapa penjual minuman dan juga mainan, Esther menyeruput susu hangat dengan sangat hati hati.
“Ada apa kau kesini?” Tanya Cindy agak keheranan campur kaget karena kehadiran Esther di Spain. Karena sudah sangat lama sejak dia memutuskan untuk berhenti sekolah musik umur 14 tahun dan membuntuti kemana kakak kakak nya pergi membalap dia masih bisa ke Spain 3-4 kali ditambah jadwal race di spanyol setahun untuk menjenguk neneknya, tapi neneknya sudah meninggal saat ia umur 16 tahun, lalu untuk apa dia kesini?tidak ada lagi kerabatnya disini, hanya itu yang ada di dalam benak Cindy sejak bertemu dengan Esther di Supermarket tadi.
“Aku.....” sejenak Esther terdiam, mulutnya kaku untuk menjawab pertanyaan Cindy. Ia berharap tidak ingat dengan kejadian yang baru saja menimpanya. Kejadian yang membuat mukanya hampir meleleh di hadapan keluarganya sendiri. Ia tidak menyadari air matanya lah yang mampu menjawab pertanyaan Cindy, bukan mulut yang berbicara.
“It’s Okay, lebih baik kita kerumah ku saja” senyum Cindy meyakinkan Esther.
--
Texas,USA
“Jadwalku untuk akhir pekan ini gimana?” Ben memutar mutar gelas berisi lemon squash dengan tangan kirinya.
Belum sempat sang asisten menjawab, Ben kembali mencerocos “Bagaimana dengan Jadwalku dan Yamaha saat akhir tahun?” sambil menyeruput lemon yang masih penuh .
“Don’t worry bout this Ben. Kuharap kau segera menggantiku dengan wanita itu, karena dia lebih cekatan dariku.”
Kanya merebut gelas yang di genggam Ben, dan jari telunjuknya lurus menunjuk ke arah wanita berambut pirang di balkon.
“Hey,Kanya! Aku tidak bisa begitu saja megkhianatimu, dengan mudah aku mengganti mu dengan Sweetz?” Ben berusaha merebut kembali gelas lemon yang sudah menjadi sasaran Kanya.
“No, dia lebih berbakat dariku” Ben mengangkat tangannya sambil ternganga, mencoba meminta penjelasan lebih dari Kanya
“Dalam mengatur mu.” Tambah Kanya sambil mencoba menjauhkan gelas yang bisa saja kembali kepada pemilik asalnya.
“Tidak mudah untuk mengaturmu, dan kau bisa begitu saja menurut dengan nya...Menurut, menurut, menurut”. Ucap kanya berulang ulang sambil menegaskan kata menurut dengan mengangguk anggukkan kepalanya sambil bibir bawahnya dimajukan pada kata terakhir, kelihatan seperti meledek.
“Oh, Cmon Mrs.Pumpkins??” Ben mencoba membalas ledekan Kanya.
“Aku anggap itu jawaban untuk kata ‘YA’” Tegas Kanya sambil medekatkan wajahnya dan meneguk habis lemon squash tepat 3 inchi di hadapan Ben, Ben hanya bisa meneguk air liurnya yang membuat jakunnya naik turun saat melihat Kanya menghabiskan minumannya.
“KANYAAAAAA!!!!” Teriak Ben, membuat Sweets menoleh ke dalam ruangan.
“I got my own way, Dude!” Ucap Kanya sambil mengedipkan mata kearah Ben.
“What’s going on??” Tanya Sweets keheranan.
----
Italy-End Of Year
Val melongo sejadi-jadinya ketika Andrea membawanya ketempat yang belum pernah ia pijak selama hidupnya. Andrea menyadari perubahan sikap Val. ‘Peternakan’ . Val bertandik tandik menghampiri Andrea yang sudah mendahuluinya, maksud biar tidak kena genangan lumpur, Val malah kecipratan lumpur. Saat itu Salju belum turun, tapi udara sudah begitu sangat dingin.
“Ndre,kita ngapain disini??” Sungut Val kesal.
“Aku punya hobby baru.” Sambil memantulkan senyumnya yang menawan ke arah Val.
“Hobby apa? Hobby main main lumpur?” Val menyahut dengan dongkolnya ke arah Andrea, Andrea tidak menggubris apa yang dikatakan Val ia malah melanjutkan langkahnya kesuatu tempat dan membiarkan Val mematung sendirian.
“Andrea! Bisakah kau menungguku?” Ucap Val sambil memelas ke arah Andrea, Andrea yang berjalan lebih dulu lalu membalikan badan dan menatap ke arah Val sambil menyunggingkan seyumnya.
Tak berapa lama Andrea menuju kearah Val, menjemputnya, sambil mengulurkan tangan kearah Val sambil berucap “I’ll never leave you, My Queen”. Val menyambutnya dengan mimik wajah yang berubah menjadi lebih ceria.
Mereka menuju ke kandang kuda, disana berderet kuda kuda berbagai macam warna, jenis,dan ukuran.
“Bukannya Nicky juga punya peternakan yang jauh lebih besar dari ini?” Andrea mengawali obrolan.
“Aku tidak pernah keluar rumah saat di Owensboro, kecuali kalau Esther sedang berada di kebun bunganya. Aku suka membantunya merawat bunga bunganya” Sahut Val sambil melihat ke sekelilingnya dan menutup nutupi hidungnya.
“Mereka juga punya kebun bunga? Waw How Rich they are.” Andrea menyahut.
“Yah, punya Esther, Entah apa jadinya rumah itu jika tak ada kebun bunganya, bisa bisa monoton, tak ada warna.” Val menerawang.
Andrea menuju ke salah satu kuda berwarna hitam pekat dengan spot berwarna putih di dahinya
“Bunga apa? Mawar?atau Lily?” Andrea menggali pertanyaan sambil mengelus elus kuda itu.
“Kau ini tidak pintar menebak.” Ledek Val sambil tangannya ikut memegang kuda yang ada di hadapannya.
“Tidak pintar bagaimana? Buktinya aku bisa menebak isi hatimu.” Andrea mulai menggombal sambil menjulurkan lidah kearah Val.
Val menaikkan alis sebagai balasan dari ledekan Andrea, karena saat Andrea menggombal ia tidak bisa berkata apapun. Lalu andrea menuju ke kandang kuda yang lain.
“Tidak, Dad Earl alergi mawar, jadi tidak mungkin kalau ada sedikitpun bunga mawar di rumahnya.” Val mengalihkan pembicaraan.
“Hah? Aneh sekali, aku tidak bisa membayangkan, bunga apa yang di berinya kepada Mrs.Hayden saat mereka pertama kali kencan” Andrea meringis
“Mawar” jawab Val singkat.
“Jadi???” Andrea tidak percaya
Andrea melihat Seekor kuda putih yang lumayan menarik perhatiannya, tapi ia tidak jadi melihat kuda itu karena ia lebih memilih mendengar jawaban Val yang lebih menarik.
“Namanya aja Rose , ya pasti suka Mawar lah. Mommy Rose sering cerita tentang masa mudanya, Dad Earl rela melawan Alerginya demi membawakannya bunga mawar, gak kebayang pas dinner itu hidung Dad Earl merah dan bersin bersin terus.” Val tersenyum tipis
“Haha.. Lucu sekali masa lalu mereka. Jadi kenapa Tidak boleh ada mawar kalau Mr.Hayden saja mau membawakan mawar untuk Mrs.Hayden?” Andrea bingung.
“Yaiyalah, kalau kelamaan, Dad Earl bisa masuk ICU terus. Sebelum nikah Dad Earl sudah mebuat janji dengan Mommy Rose, Tidak ada mawar” Val menyahut.
“Mrs.Hayden mau aja?” Andrea tidak bosa bertanya, padahal yang punya cerita udah mau ganti topik.
“Ya iya, kata Mommy Rose cinta seorang Daddy Earl bisa menggantikan berjuta juta tangkai mawar yang ada di dunia, Karena Dad Earl lebih berarti dari mawar mawar itu.” Val kembali menerawang.
“Ternyata Mrs.Hayden Romatis juga, kayaknya aku harus berguru dengannya.” Andrea senyum senyum tidak jelas.
“Buat apa? Katanya Master of Romatic?” Ejek Val lagi.
“Yah, apa salahnya? Em, by the way kok kamu masih manggil mereka dengan sebutan Mommy and Dad??” Tanya Andrea kebingungan.
Val terdiam sejenak, “Entahlah, aku merasa mereka masih keluarga ku. Apa kau tidak keberatan?”
Andrea mengangkat bahu. “Selama kau masih ingin bersamaku, dan mengurungkan niatmu yang tempo hari ingin rujuk dengan Nick.” Terlihat wajah Andrea tidak begitu baik.
“Aku rasa ibuku sudah mulai mau menerimamu di dalam keluarga kami.” Sahut Andrea agak pelan. Andrea sampai lupa untuk apa dia pergi kepeternakan.
Val menatap andrea kaku, ia ingat kejadian beberapa hari yang lalu...
Iannone’s House- Italy,2011
“Mom!! I’m Home” Sahut Andrea saat ia tiba dirumah setelah selesai latihan terakhir untuk tahun 2011.
“Hey,Honey.” Sang Ibu menghampiri Andrea sambil memeluk dan mencium kedua pipi Andrea,
“Siapa wanita ini andrea?” Wanita Separuh baya yang amsih terlihat sangat cantik itu bertanya setelah menyadari kehadiran Val.
Andrea mengenalkan Val dengan Ibunya “Ini Val Mom,yang sering aku ceritakan, Valerye Crawford.”
Val tidak sungkan untuk mengulurkan tangannya ke arah ibunya Andrea. Ibu Andrea agak dingin dengan Val terlihat dari raut wajahnya yang datar.
“Jadi, Val Crawford. Kau berkebangsaan apa?” Mrs. Iannone berusaha mengenali calon menantunya itu.
“Saya lahir di Amerika, tapi sekarang tinggal di Singapore” Val menjawab sesingkat singkatnya.
“Ayahmu dan Ibumu?” Tanya wanita tua itu lagi.
“Ayah dan Ibuku sudah meninggal 3 tahun yang lalu” Val menjawabnya dengan agak gugup.
“oh,Maafkan aku. Kau kerja apa?”
“Model” Val merasakan tubuhnya terguyur air es.
“Model apaa?” Raut Wajah Mrs.Iannone langsung berubah drastis, mengkerut, sambil menatap Val naik turun, sudah terbayang di benaknya hal hal negatif tentang Val.
“Sweetie.. Come here..” Terdengar suara Ayah Andrea memanggil Wanita itu, Wanita itu beranjak dari hadapan Val dan Andrea tapi matanya masih saja tidak bisa lepas dari Val, seakan sangat ingin tau.
Val hanya diam sambil memainkan gagang kopernya.
“Maafkan aku, mungkin ibuku belum terlalu mengenalmu, dia memang sedikit....” Andrea belum selesai meyakinkan Val sudah di potong oleh Val.
“Sudah tidak apa apa, aku mau istirahat.” Val hanya menjawab singkat tanpa menatap andrea sedikitpun.
--
Val menikmati udara pagi Italia, sambil membawa secangkir seduhat teh hijau di tangannya.
“Ehm”
Val menoleh kearah suara, Mrs.Iannone sudah berdiri di belakangnya dengan membawakan beberapa cake.
“Ini, kulihat kau tadi tidak sarapan.” Menyodorkan sepiring penuh potongan potongan cake yang menggugah.
“Aku sedang diet” Val tersenyum menatap Ibu Andrea.
“Ayolah, hanya sepotong saja, biasakan untuk sarapan.” Mrs.Inannone meyakinkan.
Val tersenyum sambil mengambil sepotong Cake yang di suguhkan oleh ibu Andrea.
“Andrea sekarang sudah berubah...semenjak dia kenal dengan kau..” Kali ini sifat sang ibu mulai melunak.
“Dia banyak belajar darimu, dia yang cerita denganku..” Sambungnya,
“Aku senang sekali jika kau mau menjadikan dia Suamimu.”
Val sedikit tersentak “Tapi, apa kau mau punya menantu seperti aku? Seorang Janda yang tidak punya apa apa?”
“Aku tidak pernah memandang orang dari masa lalunya. Ataupun siapa dia. Aku rasa kau punya sesuatu yang luar biasa di balik kesederhanaanmu” Mrs.Iannone meyakinkan Val.
“Aku fikir dari awal aku sudah di tolak untuk hadir di keluarga ini..” Val sedikit berhati hati bicara kali ini.
“Aku tidak akan pernah menolak apa yang menjadi pilihan Anakku, Welcome to Iannonne.” Ucap Mrs.Iannone sambil tersenyum lebar kepada Val.
“Thanks Mrs.Iannone..” Val merasakan ikatan yang terasa melilit di dadanya lepas.
“Just Call me Mom, “ Sahut Wanita itu.
“Mom..” Val sangat ragu.
“Oya, kau sebenarnya model apa?”
--
“Awalnya aku sudah berpikir kalau hal yang tidak diingikan itu terulang lagi. Aku akan di tolak keluargamu, sama halnya dengan keluarga Karel.” Wajah Val melesu.
“Jika memang hal itu terjadi. Apa kau juga akan meninggalkan ku seperti Karel?” Andrea melangkahkan kakinya sedikit lebih dekat dengan Val.
“Kuharap itu tidak akan pernah terjadi.” Val menghambur ke arah andrea, mendekap lelaki tampan itu.
--
First December 2011, Owensboro
Esther memain mainkan poninya di ruang tengah. Disampingnya ada Dee yang sedang baca majalah, Dan Mommy Rose yang sedang memasak untuk Dee.
“Aduh lapar, biasanya sore sore begini pasti sista Zi masak sesuatu. Biasanya juga ada yang rebutan nyisirin rambutku, Kok sepi ya, Sista yang lain mana ya?” Esther melirik Dee.
“Kamu lagi mimpi ya?” Dee mengejek Esther.
“Astaga,” Esther menepuk jidatnya seraya menutup mulutnya agar tidak terdengar oleh Mommy Rose.
Mommy Rose berjalan dari dapur keruang tengah mendekati Dee
“Kamu jangan kerja apa apa, mami lagi bikinkan sup buat kamu, jangan sampai kecapekan ya sayang, nanti mengganggu kesehatan bayi kamu.”
Mommy Rose menatap Esther yang berlaku aneh“Kamu kenapa sayang?”
Esther hanya menggeleng sambil melepaskan kedua tangannya dari wajahnya. Mommy Rose lalu kembali ke dapur.
“Rumah ini jadi berasa sepi banget ya.” Esther menerawang
“Jenny mana sih, kok gak keliatan.” Esther kembali ngelantur
“Ya, dirumahnya lah sayang, dimana lagi.” Mommy Rose menjawab sambil memberikan semangkuk sup buat Dee.
“Buatku mana My?Rumahnya apa? Ini kan rumahnya?” Esther membalas jawaban Mommy Rose
“Ini Sup buat ibu hamil, emang kamu lagi hamil. Kamu ini gimana sih, dia ya dirumahnya lah, sama suaminya.” Mommy Rose beranjak meninggalkan Esther dan Dee
Esther lagi lagi menepuk jidatnya
“Esther lagi konslet My.” Dee tertawa sambil mengejek adik iparnya.
“Sis, Berasa ga sepi banget ini rumah,”
Dee tersenyum “Yaiyalah kan Cuma kita bertiga aja disini.”
“Roger lagi keluar, Daddy ikut Brother Nick kan ? Brother Nick emang kemana?” Esther bertanya kepada Dee.
“Biasa, liat rumah barunya di Kentucky” Dee sambil menyuapkan Sup kemulutnya.
“Rumah? Baru?” Esther mengangkat kedua alisnya.
“Tuh mulai lagi deh konsletnya.”
“Berarti kalian sebentar lagi pindah dong? Yah, tambah sepi! Kalau gitu aku malah tambah jarang pulang kesini.” Esther memajukan mulutnya kesal.
“Sabar, lagian kamu bisa aja kok jenguk kita.” Dee menenangkan Esther sambil mngelus elus rambutnya.
“Sepi sis.” Esther membenturkan sekali kepalanya ke sofa.
“Bred tumben ga kamu bawa kesini?” Dee menyuapkan sup terakhirnya.
Esther melirik Dee“Dia lagi sibuk, katanya nanti natal mau kesini.”
“kalo Jules?” Dee hendak beranjak menaruh Mangkok bekas sup ke wastafel.
“Let me ..” Sambil merebut Mangkuk dari tangan Dee, Esther beranjak ke dapur.
“Kalau begini caranya aku bisa gendut.” Dee bergidik.
“Dia besok kesini, soalnya natal dia harus di France dengan keluarga besarnya.” Esther berjalan menuju tangga.
“Yah, Mungkin ini liburan terbosan yang pernah ada.” Esther mengangkat bahunya sambil melangkahkan kaki ke anak tangga pertama.
“Cari kegiatan? Apa kek?” Dee menyarankan.
“Kebun strawberry kayaknya asik juga.” Esther mengkhayal sambil naik tangga menuju ke kamarnya.
“Tulipnya aja ga di urus, mau nambah kebun lagi.” Dee menggelengkan kepalanya.
“Bayangin aja rumah sebesar ini ga ada penghuninya, mending tuh kuda,ilama,domba masukin aja kesini biar ga sepi.” Esther melantur sendirian di lantai dua sebelum masuk ke kamarnya.
Tiba tiba “Brukk” Suara lumayan keras terdengar berasal dari lantai bawah. Esther berlari kecil menuju ke depan tangga. Saat ia liat kebawah matanya sudah melotot badannya kaku tidak berkutik.
Mommy Rose yang ada di lantai bawah langsung menuju ke tempat dan Dee kedapatan sudah tergeletak di lantai tak sadarkan diri.
“Esther!!Apa yang kamu lakukan??” Mommy Rose Histeris melihat keadaan Dee, Darah mengalir diantara kakinya.
“I Didn’t it” Esther berteriak sambil memegangi kepalanya.
--
@Nearly Hospital
Esther duduk terpaku sedangkan Mommy Rose sibuk menelpon seluruh anggota keluarga untuk segera datang ke rumah sakit.
Selang beberapa menit kemudian Roger datang, langsung bertatap muka dengan Mommy Rose, Mommy Rose menjelaskan dengan Roger sambil menunjuk ke arah Esther. Raut wajah Roger langsung berubah mendengar cerita dari ibunya, lalu berjalan mendekati Esther.
Esther wajahnya sudah penuh dengan air mata berkata sesunggukan tanpa memandang ke arah Roger sedikitpun “I Didn’t it!”
Roger mendesah “I Know, I know you dear.” Lalu memeluk adik bungsunya itu.
Sejam kemudian Nick dan Daddy Earl datang tergesa gesa.
Nick langsung menghambur kearah ibunya “Ada apa ??”
“Saat aku keluar, aku melihat Dee sudah tak sadarkan diri, entah Esther yang mendorongnya atau apa” Mommy Rose masih Shock dengan kejadian itu.
Lalu Dokter keluar dengan membawa berita “Maaf cucumu tidak bisa di selamatkan.” Menatap ke arah Mommy Rose.
“Anakku, Anakku,” Wajah Nick berubah merah padam lalu menghampiri Esther.
“Tega sekali kau bunuh keponakanmu sendiri!!” Nick meneriaki Esther.
“I AM NOT!! Aku tidak tau apa apa!!!!” Esther balas berteriak di hadapan Nick
“Ya, kau lakukan itu kan??? Setelah aku hanya punya Dee, aku tidak sibuk lagi, aku bisa berikan perhatian kepadamu, kau takut kau akan kehilangan itu lagi karena aku akan punya anak! Ia kan!!” Nick menekan Esther.
“Hey, kau jangan kasar dengan adikmu.” Sahut Roger yang kesal melihat tingkah Nick yang berlebihan.
“Liat saja, ku tuntut kau ke pengadilan, kau keterlaluan!” Nick kali ini kehilangan akal, ia menampar Esther dengan sangat keras, Ia lalu berpaling masuk ke ruangan Dee, di ikuti oleh Mommy dan Daddy.
“Kenapa semuanya menuduhku?? Tanya saja kepada korbannya!!” Esther menangis sejadi jadinya.
Roger berusaha menenangkan Esther “Sudah, mereka Cuma salah paham, tunggu saat Dee sadar. Ia bisa jelaskan kepada mereka semua.”
--
“Jadi? Kau kabur kesini??” Cindy baru saja mendengarkan penjelasan Esther kenapa dia Ke Spanyol.
“Aku tidak tau lagi harus berbuat apa,Mereka menuduhku yang tidak tidak. Aku langsung meguras habis tabunganku.” Esther meneteskan air matanya.
“Kau kesini dengan membawa banyak uang tunai? Syukur kau tidak kenapa kenapa.”
“Kau percaya dengan ku kan Cindy?”
“Ya, aku percaya denganmu” Cindy tersenyum kepada Esther.
“Kenapa kau tidak hubungi Bred saja atau Jules”
“Aku sedang tidak mau percaya siapa siapa, aku sekarang cuma percaya padamu.” Esther menghapus air matanya.
---
Zi tiba pagi pagi sekali di depan apartemen Jorge di Madrid.
Saat itu Jorge baru hendak pergi keluar, “Zi!!”
Zi langsung memeluk Jorge “I MISS U”
“MISS U TOO” Jorge dengan eratnya membalas pelukan Zi..
“Maafkan aku Jorge, selama ini aku pergi tanpa kau ketahui.” Zi meneteskan air mata
“Kau kemana saja? Aku mencari carimu.” Jorge melepaskan pelukannya sambil menatap ke dalam mata Zi.
“Tidak perlu kau tau, yang penting aku sekarang berada di depanmu dan aku baik baik saja.” Zi berusaha menyimpan sesuatu.
Selama berbulan bulan Zi bersembunyi dari Jorge, Jorge berusaha mencarinya kemana mana, tapi Zi tidak pernah mencoba menghubungi Jorge sekalipun. Bahkan saat Jorge sedang cidera. Tak ada yang tau di mana Zi berada.
Zi menatap dalam dalam mata Jorge ‘Seandainya kau tau, aku pergi karena kau.’ Pekik Zi dlm hati.
-
“Kau harus ikut aku Zi.” Casey membentak Zi.
“Apa yang harus ku lakukan setelah aku ikut kau hah?” Zi balik membentak Casey.
“Bantu aku menjadi juara lagi! Seperti dulu” Casey menjelaskan.
Zi menggeleng “Apa untungnya bagiku??”
“Aku tau, apa yang membuatmu menikahi Jorge. Aku tau semuanya.” Casey merasa dia menang.
“Aku tidak takut!”Zi semakin gerah,
“Apa kau mau, Seorang Jorge nantinya bakal malu di depan publik karena menikahimu?? Apa kau mau semua orang tau kalau Jorge sakit??” Casey tersenyum kemenangan
“Aku hanya minta kau untuk satu kali ini saja, setelah aku dapatkan gelar itu. Aku tidak akan mengganggumu lagi” Casey mengajukan perjanjian.
“Oke, tapi satu hal, jangan sentuh Jorge!” Zi mengancam dengan nada tinggi.
Casey mengangguk “Fine,”
-
Dalam benak Zi, ia berharap tidak akan pernah berjumpa lagi dengan Casey. Ia merasa sangat
terpukul karena telah di ancam sedemikian rupa oleh Casey. Sekarang Casey tersenyum puas
dengan hasil yang ia dapat. Zi hanya berfikir , yang terbaik saat ini adalah Jorge baik baik saja.
Karena di balik rencana licik Casey, Dia tau Jorge akan sangat lemah tanpa adanya Zi. Terbukti,
sekarang siapa yang berdiri di panggung juara.
“Aku sangat hancur, kau lihat? Aku hanya memikirkan mu terus, Zi??”
“Maafkan aku Jorge, aku tidak bermaksud begini, aku berjanji aku tidak akan pernah meninggalkanmu lagi, percaya aku.” Zi merasa sangat bersalah meninggalkan Jorge sendirian.
“Ya, aku percaya.”
“Jorge, apa selama aku pergi kau sendirian??” Zi kembali menanyakan sesuatu.
“Tidak, Rein sedikit membantuku saat aku sedang kacau, dia membantu aku mengatur jadwal, dia baik sekali.”
“Aku harus berterimakasih dengan nya, Karena dia yang menjaga Pangeran ku” Zi tersenyum kepada Jorge.
“Sekarang aku bingung.” Jorge membalas senyuman Zi,
“Kenapa Jorge?”
“Aku bingung, apa kegiatan yang akan kita lakukan sekarang??”
“Sebaiknya aku mentraktirmu makan siang,”Usul Zi
“Aku saja..” Jorge menawarkan
“Aku atau tidak sama sekali??” Ancam Zi
“Baiklah, aku yang bayar taksinya.” Ejek Jorge
“Taksi?? Memangnya Mobilmu mana?” Zi mengkerutkan wajahnya
“Ada”
“Lalu kenapa pakai taksi Jorge??” Zi semakin kebingungan
“Em, aku hanya ingin berkorban sesuatu.” Jorge terkekeh
“Kau tetap saja tidak berubah.” Zi meledek
“Ya atau kita jalan kaki??” Jorge balas mengancam
Zi dengan kesal membalas “Okey .. okey, aku ikuti aturanmu. Mr.Lorenzo”
“Baik Mrs. Lorenzo” Ejek Jorge kepada Zi
---
Hampir satu hari penuh Dee tidak sadarkan diri,semua orang menjaganya bergantian. Mommy Rose sangat senang ketika melihat Dee sudah sadar. Saat Dee terbangun dari istirahatnya, dihadapannya sudah ada Rein.
“Rein??Kau disini??” Tanya Dee kebingungan.
“Aku ada pemotretan kemarin di New York, saat aku tau kau masuk rumah sakit aku langsung kesini.” Rein tersenyum sambil menaruh parcel ke meja yang berada di samping Dee,
“Anakmu...”
Dee memotong kata kata Rein “Ya, anakku tidak bisa selamat.”
“So sorry. Aku lihat Nick sangat terpukul, aku tadi mengobrol dengan mereka sejenak.”
“Yah, aku waktu itu saat naik tangga kepalaku pusing, tiba tiba aku salah injak, dan tiba tiba semuanya hitam” Dee menceritakan ulang kejadian yang baru saja ia alami
Rein mengkerutkan dahinya “Loh?Mereka mengatakan kau celaka gara gara Esther mendorongmu??”
“Apa? Esther?”
“Ia, Nick mau mengajukan kasus ini ke pengadilan, aku sangat terkejut mendengarnya. Aku tidak percaya dengan berita itu, tapi untungnya itu salah.” Rein menghembuskan nafas lega
Dee melotot “Sekarang Nick mana??Bisa kau bantu aku untuk memanggilnya?”
Rein mengangguk lalu melangkahkan kaki keluar memanggil Nick
Tak berapa lama , Nick, Roger, Mommy, Daddy, juga Jules masuk untuk melihat keadaan Dee yang baru saja siuman.
Nick tersenyum menatap Dee.
Rein lalu angkat bicara “Sepertinya kalian semua harus mendengarkan penjelasan Dee.”
“Penjelasan apa??” Daddy Earl mengangkat alisnya.
“Aku sekarang berada disini, murni karena kecelakaan. Bukan karena Esther bukan karena siapapun!” Dee berkata sedikit tegas.
“Sudah kukatakan kan, benar apa kataku Jules, Dia tidak bersalah. “ Roger sangat kegirangan.
Jules hanya tersenyum kebingungan, bahkan dia tidak mengerti apa yang terjadi, karena dia baru saja tiba di Kentucky dan langsung di seret Rein ke Rumah sakit saat mereka bertemu di Bandara.
“Oh,GOD, aku sangat berdosa! Sekarang dimana dia??” Nick dengan wajah gelisah menatap Roger menunggu jawaban, Semua orang menatap ke arah Roger
“Roger, Esther dimana??” Dee ikut menanyakan
Roger berfikir sejenak “Aku sudah tidak melihatnya lagi sejak kejadian itu, dia mengatakan kalau....”
Semua orang tak berkutik mendengarkan setiap kata dari Roger
“Terakhir dia bilang kalau dia mau ke toilet, lalu...” Roger mengangkat tangannya sambil menggelengkan kepalanya
“Oh gadis kecilku dimana...” Mommy Rose langsung panik
“Dad, cepat lakukan sesuatu!!” Mommy Rose berkata kepada Suaminya
“Ia, ini juga mau nelpon Kathleen, kali aja dia di rumah..” Daddy Earl menekan panggilan cepat ke rumahnya lalu beranjak keluar dari ruangan.
“Handphonenya tidak aktif” Roger berseru
“Kemana dia” Jules berpikir.
“Oh TUHAN....” Nick kalut hanya bisa mondar mandir tidak terarah.
“Tidak ada” Daddy Earl berkata sedikit nyaring.
“Kemana dia?” Rein menatap Jules, jules hanya membalas dengan gelengan.
Mommy Rose semakin khawatir“Semoga dia di rumah temannya atau di suatu tempat yang hangat”
“Aku harap dia tidak kedinginan, kasihan sekali dia, aku jadi merasa bersalah “ Dee memasang wajah sedih.
“Kita harus pikirkan sesuatu, lacak Handphonenya !!” Rein memberikan usulan
“Handphonenya mati” Jules berseru.
“Damn!” Rein jadi ikut ikutan panik sampai mengigit gigit kukunya.
Sedetik kemudian Tommy dan anaknya Olive datang
“Tom, ternyata dugaan ku benar, adikku tidak bersalah, itu semua murni kecelakaan!!” Roger langsung memeluk kaka tertuanya yang baru saja datang.
“Syukurlah, aku yakin dia tidak bersalah.”
“Sebaiknya bantu memikirkan cara menemukannya!” Dee tambah gelisah melihat kelakuan Roger
“Coba telpon dia” Tom menyarankan
“Mati!” Semuanya serentak menjawab
“Try to call,Bradley.” Olivia mengatakan sesuatu yang menjawab semuanya
Dee langsung girang “Itu dia!!Roger coba hubungi Bradley”
“Biar aku saja” Jules menawarkan diri.
“My Girl” Tom langsung menggedong anaknya dan mencium anaknya kegirangan.
--
Di sebrang benua sana,
“Cin,Saljunya masih turun sedikit ya.” Esther memandang keluar dari balik jendela kamar Cindy.
“Kalau banyak memangnya kau mau main lempar lemparan bola salju?” Cindy meledek Esther .
Esther hanya mengikik tanpa menoleh dari tatapannya sedikitpun.
“Ingat, kejadian waktu kau mengajakku berlibur di Oxford saat musim dingin beberapa tahu yang lalu?” Cindy menambahkan
Esther menjawab dengan mengangkat bahunya.
“Sampai kau masuk ICU.” Kali ini Cindy yang mengikik.
“Ya, gara gara Bred melemparkan setumpuk besar bola salju di wajahku” Esther ikut mengikik
“Radang Dingin kan? Kau alergi dingin.” Cindy mengingat ingat.
“Ya, tak tau juga tiba tiba aku langsung pingsan setelah dapat lemparan dari Bred.” Esther tertawa.
“Tentang Bred, apa kau..” Cindy berhenti sejenak
Esther menatap Cindy keheranan“Apanya yang apa??”
“Ku fikir saat kau mengenalkan ku dengan Bred pertama kali dia pacar mu.” Kali ini Cindy tertawa terbahak bahak
“Kalau dia waras sih aku mau.” Esther bicara asal.
“Kau mau tau sesuatu?” Cindy membuat Esther penasaran
Esther mengangkat alisnya.
“Kulihat kelakuannya sangat berbeda ketika di depanmu.” Ungkap Cindy.
“Ha? Beda apanya sih Cin?” Esther semakin penasaran.
“Saat di hadapanku sikapnya jauh berbeda, sangat dewasa.” Cindy melirik Esther
“Hah?” Esther melongo.
“Iya, saat di hadapanmu dia pura pura terlihat oon, terlihat bodoh.” Cindy menerangkan
“kau yakin Cin??” Kali ini Esther menatap wajah Cindy jauh lebih dekat.
“Ya, kadang pembicaraannya di telpon juga seperti orang yang cerdas, kami lumayan nyambung.” Cindy membeberkan
“Ooo, jadi selama ini telpon telponan?? Sering ketemu sembunyi-sembunyi, di belakang aku??” Esther menyunggingkan senyum genitnya ke arah Cindy, lalu tertawa keras.
“Ah, kan Cuma temen Ther, kaya kamu sama dia kan???” Cindy berusaha meyakinkan.
“Alahh, ngaku Cin, buktinya udah kamu bilang tadi, dia beda sekali dengan apa yang ku bayangkan selama ini.” Esther semakin menggoda Cindy
Cindy menghembuskan nafas berat “Ayolah Ther, aku tidak ada hubungan apa apa.”
Esther kembali melontarkan pertanyaan dengan nada sok infotaiment “Oke, aku tanya. Ehm, Saudari Alfonsa Cindy Pedrosa apakah anda memiliki hubungan khusus dengan Bradley Smith sahabat saya?”
Cindy mengelak “Esther Lareina Hayden! I promise i swear!!” mengacungkan kedua jari nya
Esther tertawa sambil memegangi perutnya “aku tidak sabar memberitahukan ini dengan Marc, uuu pasti dia shock”
“Ther, jangan please. Aku mohon jangan! Bisa hancur hubunganku dengan Marc” Cindy memohon mohon sambil memegangi kaki Esther.
Tawa Esther semakin meledak.
“Aku tau, setelah kau mengabarkan berita itu kau senang kan aku putus dengan Marc? Lalu kau jadian dengannya?” Cindy malah menuding Esther.
“Yee, Cin,Please deh, yang terobsesi dengan aku itu Dia, Bukannya aku” Esther mengibaskan rambut tebalnya.
“Sombong amat sih, tapi please jangan ya.” Cindy kembali memohon mohon
Esther menggeleng-gelengkan kepalanya “Tenang aja, kalau kamu sampai nikah sama Bred, kita bakal saudaraan. Karena aku akan nikahkan anakku dengan anak kalian, ga kebayang Cindy Smith.” Esther kembali meluapkan tawanya.
“Dih, aku tu maunya jadi Mrs.Marquez tau.” Cindy membela dirinya
Esther hanya membalas dengan tawanya.
“Lagian, aku sama Marc udah...”
“Udah apa ? aku gak nyangka kalian udah sejauh itu??” Esther pura pura shock
“Udah ga bertengkar lagi , udah ngerasa cocok banget, Porno banget sih pikiranmu.” Cindy mencibir.
“Oke, oke, baguslah kalau Marc sudah berubah. Karena aku tau, kamu memang yang tepat buat dia.” Esther tersenyum kepada Cindy
Cindy membalas perkataaan Esther sambil memeluknya “I Know you are the best friend ever.”
Ponsel Cindy Berdering, Esther menggapainya lalu membaca layar yang berkedip kedip.
“OMG, Bred!!!” Wajah Esther terkejut.
Cindy panik langsung merebut ponsel miliknya dari tangan Esther. “Mana..”
Cindy menghembuskan nafasnya setelah melihat layar ponselnya, diiringi tawa Esther yang kembali meledak,
“Catch You!” bisik Esther.
Cindy mengangkat telpon lalu bicara “Halo, Marc”
Esther tak bisa menahan tawanya karena ulahnya yang suka sekali menggoda Cindy.
“Lagi dirumah” Cindy menjawab pertanyaan Marc.
“Esther.. hee” Cindy langsung membekap mulut Esther, lalu mengisyaratkan agar diam.
“Gak, dia lagi liburan kok.” Cindy lalu beranjak dari tempat tidurnya, dan melangkah keluar kamarnya, meninggalkan Esther sendiri di kamarnya..
--
On Another Country, Italy
“Ben, kurasa kau salah menunjuk tempat untuk berlibur..” Teriak Sweetz
Ben mengernyitkan dahi sambil membalas teriakan Sweetz “Apaaaaa???Aku tidak dengar”
Sweetz menyingsingkan penutup kepala Ben dan meneriaki lelaki itu tepat di telinganya “Ini tempat yang tidak cocok untuk berlibur”
Ben lalu berkata dengan Sweetz “ Ya, ini memang tempat yang cocok untuk kita”
“I hate Ski Ben. I hate Ski. HATE!” Sweetz mengatakannya sambil memperagakannya.
“Kau hanya belum mencobanya, ini bagaikan makan coklat..”
‘Coklat’ Sweetz berkata lirih
“Saat coklat itu lumer dimulut, kita akan memasukan sisanya kemulut kita..” Ben melanjutkan
“What??” Sweetz melempar kedua tangannya
“Ski akan membuatmu ketagihan!!” Ben tersenyum tanpa dosa.
“Oh GOD, seandainya aku menolak saja untuk ikut dengan Ben, dan menghabiskan musim dingin dengan kanya sambil menonton Basket. Walaupun membosankan” Sweetz menghempaskan tangannya ke udara
Ben heboh sendiri“ Ayo , Kau harus coba bukit itu!”
“Aku mau naik kereta gantung saja!!” Teriak Sweetz kesal
“Sweetz??” Seorang lelaki tampak mengenalnya.
Sweetz menoleh, “Hey, Andrea. Kok disini??”
“Aku memang orang Italy kan??” Andrea tertawa melihat tingkah Sweetz
Sweetz menepuk jidatnya “O ya, sendiri??”
“Kau ini selalu saja meninggalkan ku..” Val mencerocos tidak jelas di belakang Andrea.
“Hai Miss Pinky” Sweetz senang melihat sahabat lamanya
“Hello, long time no see, kau sendiri honey??” Val memeluk Sweetz
“With Ben, tapi dia sudah lebih dulu naik kebukit, dia terlalu bersemangat” Sweet menunjuk kearah Ben pergi.
“Akan ku susul dia” Andrea menyela pembicaraan.
“Lihat siapa yang tangguh ladies” mengedipkan matanya ke arah Val sambil menjauh mengejar Ben.
“He’s tottaly hot! You’re the lucky woman” Sweetz tertawa.
“Yes, I am” Val tidak bisa melepaskan sorot matanya dari postur lelaki itu.
“Tidak kusangka kita bertemu di keadaan seperti ini..” Sweetz mulai mengalihkan pembicaraan
“Uh? Maksudnya?” Val tersentak
“Kita kembali bertemu saat kita sudah punya gandengan masing masing” Sweetz berkata lirih
“Entah lah, dari pada kita harus menyakiti perasaan Nick” Val berpendapat
“ya, mungkin ini jalan terbaik..” Senyum Sweetz mengarah ke Val
“For Us?” Val membalas senyuman Sweetz
“For Us!” Sweetz merangkul Val “Ayo kita harus kejar mereka” Sweetz sudah bergaya dengan sok profesional.
Val tertawa “Kau sudah bisa ber-Ski?”
“Em, maksudku, kita kejar mereka naik kereta gantung saja,” Sweetz tersipu malu.
--
@Hospital
Rein dan Jules sedang menikmati coklat hangat di lobby rumah sakit
“Kau tau dari mana kalau Dee masuk rumah sakit??” Jules menyeruput coklat hangatnya
“Dari Roger”
“Kau dari Spanyol langsung kesini??” Tanya Jules
“Tidak, aku ada job di New York, lalu aku langsung terbang kesini.” Rein menggoyang goyangkan cup coklatnya
“lalu kau bertemu denganku? Dan membawaku kesini,ohh..” Jules melanjutkan
“Kufikir kita ketujuan yang sama” Rein kaget
“Awalnya, aku kesini menjenguk Esther” Terang Jules
“Jadi kau juga tidak tau ceritanya???”
“Tidak sama sekali Rein, aku bahkan tidak tau ponsel Esther tidak aktif.”
“Jadi kau tau setelah kau sudah disini??” Rein tambah shock
“Ya” Singkat Jules
“Lalu?”
“lalu apa?” Jules malah balik bertanya
“Setelah ini kau mau apa?Aku tunggu Dee sampai boleh pulang kerumah baru aku balik ke Spain.”
“Aku harus temukan Esther dulu, baru aku pulang ke France. Apakah Dani tidak akan mencarimu??” Goda Jules.
“Entahlah, dia jarang menghubungi ku sekarang, “
“Yang sabar yah” Jules terkekeh.
Rein meninju lengan jules membalas ledekannya.
--
Spain, Cindy’s House
‘Ting-Tong’ bel rumah Cindy berbunyi
Cindy berlari menuju ke pintu depan.
“Syukurlah kau datang tepat waktu” Cindy mengelus dada.
“Esther mana??” Bred bersikap sangat normal(?)
“Di atas.” Cindy menjawab singkat
“Em, aku perlu biskuit jeruk untuk menjinakkannya. Cepat kau ke warung sana”
“Warung??” Cindy menaikan alisnya
“Depan komplek noh ada toko kelontong, gih sana, nih pake mobil ku” Bred meninggalkan Cindy yang masih berdiri di depan pintu
“Dipikirnya aku ga punya mobil apa??” Cindy memasang tampang melongo.
--
Esther yang sedang membaca majalah sambil mendengarkan musik di atas tempat tidur tidak sadar kalau ada Bred di depan pintu kamar.
“Ternyata ga susah juga buat nyari kamu, dunia terlalu sempit buat tempat kamu sembunyi, apalagi dariku” Bred tersenyum sendiri
Tapi Esther masih Fokus dengan majalah dan telinganya yang tersumpal headphone mana mungkin mendengar Bred bicara.
“Jiah, dia ga denger” Bred malu sendiri. Bred sadar kalau Esther tidak mendengar apa yang baru saja ia katakan, dengan langkah santai ia berjalan memasuki kamar Cindy lalu medekati Esther dan menatap wajahnya lurus.
Sedetik kemudian
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaa, BREDDDD!!!” Esther melempar majalah yang dipegangnya ke wajah Bred lalu melepaskan Earphonenya sambil terenggah-enggah sangking terkejutnya.
“Buset dah!” Seru Bred setelah mendapatkan tamparan spontan dari majalah yang Esther lempar.
“Kok bisa?Kok tau? How??Kapan??” Esther langsung melontarkan pertanyaan tidak jelas,
Bred tertawa “Bagaimana jika aku jawab dengan ikatan batin?”
Esther memegang dadanya, “Aku ga mimpi kan??” Menampar wajah Bred dengan keras.
“Sakit ga?” tanya Esther lalu menampar balik wajah Bred.
“Banget ter banget” Bred hanya pasrah.
“Kau kesini dengan siapa??” Tanya Esther
“With me..” Dee sudah berdiri disamping Cindy di depan kamar
Esther menganga sejadi jadinya melihat ada Dee di hadapannya. Bred langsung mengangkat rahang bawah Esther agar bentuknya kembali seperti asal.
“Bisa tinggalkan aku berdua saja??” Pinta Dee dengan Bred dan Cindy..
Bred menjauh lalu berkata pada Cindy “Mana Biskuitnya?”
Cindy lalu menyodorkan sepiring biskuit jeruk kepada Bred
Bred langsung merampasnya dan melahap langsung 3 biskuit sekaligus..
“Fud, Hiha hehayah aka” (Yuk, kita kebawah aja) sambil menarik lengan Cindy
“Dih, katanya buat Esther kok dia yang ngembat sih??” Cindy garuk garuk kepala.
‘Kayaknya aku perlu ngoreksi kata kataku waktu itu tentang Bred’ benak Cindy
--
Dee mendekati Esther “Kita pulang ya?”
“Aku tidak mau, aku akan masuk penjara jika pulang.” Esther menggeleng wajahnya sudah berubah mendung
“Honey, aku sudah jelaskan ke semua, ke Nick, Dad and Mom, kalau kau tidak salah..” Dee dengan sepenuh hati menjelaskan.
Esther mencucurkan air matanya tak bisa mengatakan apa apa
“kau tidak bersalah, semua ini murni kecelakaan, sayang ayo” Dee menghapus air mata Esther
“Anakmu?” Esther angkat bicara
“Dia belum di izinkan untuk menghirup udara dunia, ayolah.” Dee menerangkan dengan sangat lembut, sejenak dia menoleh ke belakangan memastikan tidak ada orang lain yang mendengarkan pembicaraan dia dan Esther
“Sebenarnya, anak itu... Anak Marco..” Dee menundukkan wajahnya
“What??” Esther seolah tidak percaya.
“Ya, aku sangat depresi ketika Marco mengalami kecelakaan itu. Aku akan melahirkan anak tanpa ayah.”
“Justru, aku sangat beruntung kejadian kemarin terjadi, jika tidak Nicky akan sadar, kalau aku melahirkan anak laki laki lain. Aku akan menghancurkan impiannya.” Tambahnya
“Tapi, seandainya anak itu masih hidup, aku akan sangat senang ia akan menggantikan kepergian Marco.” Ucap Esther
“TUHAN berkehendak lain, sayangnya dia sudah bersama ayahnya disurga.” Dee tersenyum tipis
“Aku turut berduka” Esther memeluk Dee. “ini yang terbaik sayang. Kau mau pulang kan??” Dee tidak berhenti membujuk Esther untuk kembali
“Nick??” Esther masih ragu.
“Dia sangat khawatir dia selalu memikirkanmu..” Kata Dee.
“Ter, Kau tidak akan membunuhku kan.” Cindy meringis di dekat pintu
“Sepertinya aku harus membocorkannya ke Marc.” Esther mengikik
“Esther! NOOOO!”
The End
*FF ini dibuat dalam waktu dua hari dua malam :P
**Setting Waktu sengaja di buat akhir tahun
***Sangat sangat mohon maaf jika FF ini ada keganjalan
****terimakasih sudah mau membaca. Jangan lupa komentar ya
January 9,2012 @Estherryn
Tidak ada komentar:
Posting Komentar